Jumat, 08 Maret 2013

SPECIAL EDITION!

Well well well, kenapa kok tiba-tiba special edition ya? iya soalnya kali ini gue lagi ga ngebahas anime, ups. Gomen~ tapi ada sesuatu yang pengen gue share. Sore wa nani??

Oke ceritanya gini, gue emang lagi berusaha ngebuat novel. Yaaa, gajauh dari selera gue lah, genre nya action. Jujur aja gue terinspirasi dari SAO, tau ga? Ya yang gatau nanti gue bahas disini, haha tinggal nunggu jam tayangnya aja, nanti juga gue bahas kok!

Berhubungan dengan itu, temen gue ada yang nyeletuk "Kenapa ga diposting di Blog aja?" *Ting* bagai dapet berkah, gue jadi pengen nyobain tuh diupload atau di share ke blog gue yang usang ini. Sebenernya masih ongoing soalnya belum jadi, masih sekitar 53 halaman, fuuufuuuu.. tapi gue mau masukin bagian prolognya dulu aja ya!


Prolog


Dentingan tak beraturan menggetarkan gelombang suara di frekuensi yang bisa terdengar oleh manusia normal. Menimbulkan gema bernada tinggi melengking di sebuah ruangan luas kedap suara. Dentingan, yang entah berasal dari sudut ruangan atau tengah ruangan, tak kunjung berhenti meskipun telah berbunyi untuk jangka waktu yang lama. Tidak, bukan sebuah nada intro untuk memulai lagu. Bukan juga suara pecahnya kaca ruangan atau botol bir. Orang awam manapun akan tahu pasti suara dentingan itu berasal dari apa. Dan tak dibutuhkan waktu yang lama bagi siapapun untuk segera menyadari bahwa sebuah “pertarungan” sedang berlangsung.
Begitu bayangan pertarungan itu mulai muncul di benak, dentingan itu membungkam. Mungkin kejahatan yang selama ini disembunyikan olehnya telah terungkap, dan tidak ada jalan lagi baginya untuk melarikan diri. Tapi pada kenyataannya, kejahatan itu bukan dihentikan. Walaupun ia tahu bangkai busuk yang ia simpan telah menyebarkan baunya ke rekan seperjuangannya, ia tetap melanjutkan. Sebab berhentinya dentingan itu merupakan sebuah pertanda mulusnya alur yang telah ia atur. Dan bahwa ia akan segera maju ke langkah selanjutnya.
Suasana berubah senyap. Dentingan yang telah mengusik ketentraman gelombang suara telah pergi. Butuh beberapa menit untuk kembali menetralkan fungsi telinga manusia yang sedari tadi ditusuk oleh nada melengking. Saat fungsi itu telah kembali normal, rumah siput di gendang telinga mulai menangkap sesuatu yang janggal. Terdengar, sayup-sayup alunan nafas memburu tak beraturan. Dibutuhkan konsentrasi tinggi untuk memusatkan saraf pendengaran demi menangkap getaran gelombang suara yang hampir tidak terdengar. Perlahan tempo nafas yang tak beraturan itu kembali pada tempo yang seharusnya sehingga semakin sulit untuk didengarkan.
Beberapa detik dilalui tanpa ada gangguan gelombang. Tapi saat pikiran mulai teralihkan, nada menghentak-hentak teratur menghancurkan kesunyian sesaat. Jelas, tegas, dengan tempo yang tertata. Ya, sebuah derap langkah pasti untuk menghampiri lokasi tertentu. Satu, dua, tiga... Enam langkah lalu berhenti.
Sunyi. Fungsi pendengaran sudah tidak bisa diandalkan lagi untuk mendengar getaran yang terlalu lemah. Saat ini, fungsi pengelihatan adalah yang paling tepat. Hanya saja, pencahayaan yang kurang memadai, menjadi penghambat lensa mata untuk memantulkan bayangan secara terperinci. Retina menangkap sesosok manusia berbadan tinggi. Seorang laki-laki tengah berdiri di tengah ruangan luas, yang ternyata adalah sebuah aula. Kilatan cahaya, yang berasal dari pantulan pedang, memaksa kelopak mata untuk memperkecil ruang jangkauan pupil.
Laki-laki berbadan tinggi itu memang menggenggam sebilah pedang panjang. Sebuah katana[1]. Dan ia tengah menunduk, memperhatikan sesuatu yang ada di bawahnya, sesuatu yang cukup besar. Sebuah benda? Bukan, dilihat dari segimana pun itu adalah sesosok manusia, dengan posisi berbaring menyamping. Apa yang dia lakukan dalam posisi itu?
Dia mati.
Genangan darah segar telah mengelilingi sosok yang tersungkur di lantai. Hipotesis pertarungan itu memang benar, dan telah mengorbankan satu jiwa. Laki-laki yang berdiri dengan tenang itu tidak menyesal, tidak gemetar, dan tidak ketakutan. Ia hanya memasukkan kembali pedangnya yang menjadi sebuah bukti tak terpatahkan bahwa pedang itu telah merenggut nyawa.
Memang ini keinginannya, memang ini rencananya. Tak ada yang perlu disesali, tak ada yang perlu ditangisi. Karena memang seperti ini lah seharusnya. Untuk mencapai akhir yang diidamkan.
Laki-laki itu berbalik, berjalan dengan derap langkah yang homogen. Pergi meninggalkan mayat yang terbaring kaku di atas lantai bergenang darah.



*          *          *

“Tuan Leonelle!”
Seorang yang dipanggil dengan nama Leonelle itu menghentikan langkahnya dan menengok ke arah suara yang memanggilnya.
“Ada apa?”
“Apa yang anda lakukan? Sejak tadi para petinggi mencari anda, rapat tidak bisa dimulai jika anda tidak ada,”
“Oh, ya, aku hampir lupa. Terima kasih telah mengingatkanku, Mary,”
Ia pun tersenyum, senyum yang bisa membuat semua wanita akan jatuh dalam pesonanya dan terhanyut akan setiap perkataannya. Inilah yang membuat Leonelle terkenal di kalangan para wanita.
Dengan anggun, ia pergi meninggalkan wanita itu yang masih dalam keadaan terpesona karena ketampanannya.
“Aku tak akan tertipu,”
Sebuah suara menyahut di balik pilar istana yang megah itu.
“Nathe? Hai, lama tak jumpa? Apa kabarmu?”
“Aku tak butuh basa basi,”
“Oh dinginnya...”
“Jangan pura-pura bodoh. Ditemukan lagi mayat di ruang ujian West Hall, hanya kau yang sejak tadi ada di West Hall. Benar bukan, Leonelle Ritch?”
“Apa? Kau menuduhku? Siapa yang terbunuh?”
“Seorang murid Sword Dancer level 4, pengguna Twin Sword, namanya Stieghart Marcus,”
“Stieghart Marcus? Aku tidak mengenalnya,”
“Kau tidak perlu mengenal orang yang kau bunuh,”
“Kejam sekali. Atas dasar apa kau menuduhku? Kau tidak punya bukti,”
“Instingku sudah merupakan bukti,”
Ledakan tawa menggema di lorong mereka berada. Leonelle tertawa dengan sinis, terkensan meremehkan.
“Jangan sok, Nathaniel Crosser, selama levelmu dibawahku, kau tak akan bisa mengalahkanku apapun yang kau lakukan,”
Ia pun pergi dengan langkah yang angkuh, bagai raja otoriter yang telah mendepak keluar pembantunya yang tak becus.
Nathaniel hanya bisa beradu gigi, menahan geram amarahnya yang kian memuncak karena kelakuan Leonelle yang angkuh dan misterius. Ia mau membuktikan kebersalahan Leonelle, namun ia tahu bahwa ia tidak pernah bisa menemukan bukti yang cukup kuat untuk mematahkan alibinya yang sempurna. Yang ia lakukan hanya mengandalkan instingnya yang ia percaya sangat kuat itu. Meskipun tak seorang pun diantara sepuluh Guardians of Sword yang mencurigainya sebagai pelaku, tapi tetap saja Nathaniel memasukkannya ke dalam daftar orang yang perlu diwaspadai.
Kasus pembunuhan yang beberapa hari ini sering terjadi di Sword Dancer Academy membuatnya cemas. Pembunuhan yang dilakukan pada para murid pemula yang setingkat level o hingga 4 dilakukan secara acak. Meskipun ia telah meneliti kemungkinan adanya hubungan satu sama lain antara setiap korbannya, tapi tetap saja tak ditemukan apa-apa. Ia tidak suka dengan kasus yang tak terselesaikan seperti ini. Baginya, yang berada di divisi investigasi, setiap kasus pasti ada penyelesaian. Entah bagaimana caranya, tapi pasti ada kelemahan dari suatu kasus yang menjadi benang merah dari teka-teki dan tipu muslihat. Tapi baru kali ini seorang Nathaniel Crosser, pemimpin divisi investigasi dari kasus pembunuhan Sword Dancer yang ber-IQ 200 dan memiliki level 8 sebagai Sword Dancer juga salah satu dari 3 orang terkenal pengendali triple Sword Dancer, bisa kewalahan menangani kasus pembunuhan yang bahkan terjadi di wilayahnya.
Karena itu akhir-akhir ini ia menjadi uring-uringan, bahkan bernafas pun terasa sulit baginya. Ia hanya bisa menunggu, dan melihat progres dari kasus yang terus menerus terjadi. Walaupun ia tahu, ia tidak mungkin membiarkan begitu saja murid-murid yang terbunuh untuk hal tidak masuk akal ini. Karena itulah ia telah mengizinkan pada semua murid agar selalu siaga dan mengaktifkan Signer mereka dan jangan pernah sendiri dalam suatu ruangan.
Begitulah keadaan Sword Dancer Academy sekarang.


[1] Pedang panjang khas Jepang.

Nah itulah prolog, seru ga sih? well, gue butuh banget komen komen dari kalian. Dari bahasa, alur, atau apa kek, saran atau kritik juga boleh, pliiisss... Arigatou~ :D


-mizu-